MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
(CTL)
A. Definisi
Pembelajaran Kontekstual (CTL)
Apa yang
dimaksud dengan pembelajaran kontekstual tidak ada sebuah definisi atau
pengertian tunggal. Setiap pakar dan komunitas pakar memberikan definisi
beragam.
Namun mereka bersepakat bahwa
hakekat pembelajaran kontekstual adalah sebuah sistem yang mendorong pembelajar
untuk membangun keterkaitan, independensi, relasi-relasi penuh makna antara apa
yang dipelajari dengan realitas, lingkungan personal, sosial dan kultural yang
terjadi sekarang ini (Moh.ImamFarisi,2005).
Definisi Pembelajaran Kontekstual
atau CTL menurut para ahli. Ada tiga ahli pendidikan yang kami ambil untuk
mendefinisikan pembelajaran kontekstual ini (CTL). Definisi tersebut antara
lain.
Elaine B. Johnson:
Contextual
Teaching and Learning (CTL) atau disebut secara lengkap dengan Sistem
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sebuah proses pendidikan yang
bertujuan menolong para siswa melihat makna didalam materi akademik yang mereka
pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam
kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan
budaya mereka.
Dengan pengertian tentang pembelajaran
kontekstual diatas, diperlukan usaha dan strategi pengajaran yang tepat,
sehingga dapat dicapai tujuan untuk mengantarkan guru dan murid dalam sebuah
pendidikan yang kontekstual. Untuk mencapai tujuan ini, sistem pembelajaran
kontekstual mempunyai delapan komponen utama.
Komponen pembelajaran kontekstual
tersebut adalah sebagai berikut:
1. membuat
keterkaitan-keterkaitan yang bermakna,
2. melakukan
pekerjaan yang berarti,
3. melakukan
pembelajaran yang diatur sendiri,
4. melakukan
kerja sama,
5. berpikir
kritis dan kreatif,
6. membantu
individu untuk tumbuh dan berkembang (konstruktivisme),
7. mencapai
standar yang tinggi,
8. dan
menggunakan penilaian autentik.
Akhmad Sudrajat:
Contextual
Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan
bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang
dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan
mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa
memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan
(ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.
Diknas:
Contextual Teaching and Learning adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan perencanaan dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Contextual Teaching and Learning adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan perencanaan dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Dari beberapa pengertian di atas
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar pada
saat guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan
keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses
mengonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam
kehidupannya sehari-hari.
B.
Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Kontekstual
Strategi Pembelajaran Kontekstual
(Contextual Teaching and Learning) CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang
menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan
materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata
sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Dalam konsep ini ada tiga hal yang harus
dipahami:
1.
CTL menekankan
pada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, maksudnya proses belajar
diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung sehingga siswa tidak hanya
menerima materi dari guru tetapi mencari dan menemukan materi sendiri.
2.
CTL mendorong
siswa agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan
situasi kehidupan nyata, siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara
pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata.
3.
CTL mendorong
siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, jadi bukan hanya siswa dapat
memahami materi tetapi juga bagaimana materi itu dapat disalurkan atau
dipraktekan dalam perilaku kehidupan sehari-hari.
Terdapat 5 karakteristik penting dalam
proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL:
1.
Dalam CTL,
pembelajaran merupakan proses pengaktifan dengan pengetahuan yang sudah ada (activing knowledge). Maksutnya apa yang
akan dipelajari tidak lepas dengan pengetahuan yang sudah dipelajari.
2.
Pembelajaran
yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memeperoleh dan menambah
pengetahuan baru (acquiring knowledge).
Pembelajaran biasanya dimulai dengan mempelajari keseluruhan dulu lalu ke
detailnya.
3.
Pemahaman
pengetahuan (understanding knowledge).
Pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal melainkan untuk difahami dan
diyakini, misal meminta pendapat dari orang lain tentang pengetahuan yang sudah
didapatkannya dan atas pendapat tersebut baru pengetahuan tersebut akan
dikembangkan.
4.
Mempraktekan
pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying
knowledge). Pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh harus dapat
diaplikasikan dalam kehidupan siswa sehingga tampak perubahan perilaku pada
siswa tersebut.
5.
Melakukan
refleksi (reflecting knowledge)
terhadap perkembangan strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan
sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.
C.
Latar Belakang CTL
1.
Latar belakang
filosfis
CTL banyak dipengaruhi oleh filsafat konstruktivisme
yang mulai digagas oleh Mark Baldwin dan selanjutnya dikembangkan oleh jean
piaget. Dari pemikiran Epistemologi Giambatisa Vico (suparno, 1997) yang
menyatakan bahwa pengetahuan itu tidak lepas dari orang (subjek) yang tahu,
pengetahuan merupakan struktur konsep dari subjek yang mengamati.
Selanjutnya pandangan filsafat
konstruktivisme adalah belajar bukanlah sekedar menghafal, tetapi proses
berkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil dari
pemberian orang lain seperti Guru, tetapi hasil dari proses menkonstruksi yang
dilakukan oleh setiap individu.
Piaget berpendapat bahwa sejak kecil
setiap anak sudah memiliki struktur kognitif yang kemudian dinamakan “skema”.
Skema terbentuk karna pengalaman. Pandangan piaget tentang bagaimana sebenarnya
pengetahuan itu terbentuk dalam struktrur kognitif anak, sangat berpengaruh
terhadap beberapa model pembelajaran, diantaranya model pembelajaran
kontekstual. Menurut pangdangan kontekstual, pengetahuan itu akan bermakna manakala
ditemukan dan dibangun sendiri oleh siswa. Pengetahuan yang diperoleh dari
orang lain tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna. Pengetahuan yang
demikian akan mudah dilupakan dan tidak fungsional.
2.
Latar belakang
psikologis
Sesuai dengan filsafat
yang mendasari bahwa pengetahuan terbentuk karna peran aktif subjek, dipandang
dari sudut psikologis CTL berpijak pada aliran psikologis kognitif. Menurut
aliran ini proses belajar terjadi karna pemahaman individu akan lingkungan.
Belajar melibatkan proses mental yang tidak tampak seperti emosi, minat,
motivasi, dan kemampuan ataupun pengalaman.
Ada beberapa hal yang harus dipahami tentang belajar
dalam konteks CTL:
a)
Belajar bukanlah
menghafal, tetapi proses mengkontruksi pengetahuan sesuai dengan pengalaman
yang mereka miliki. Semakin banyak pengalaman maka akan semakin banyak pula
pengetahuan yang didapatkan.
b)
Belajar bukan
hanya sekedar mengumpulkan fakta, tetapi dengan pengetahuan yang dimiliki akan
berpengaruh terhadap pola-pola perilaku. Semakin pengetahuan seseorang luas dan
mendalam maka akan semakin efektif dalam berfikir.
c)
Belajar adalah
proses pemecahan masalah.
d)
Belajar adalah
proses pengalaman sendiri yang berkembang secara bertahap dari yang sederhana
menuju kekompleks.
e)
Belajar pada
hakikatnya adalah menangkap pengetahuan dari kenyataan.
D.
Perbedaan CTL dengan pembelajaran Konvensional
1.
CTL menempatkan
siswa sebagai subjek belajar (siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran),
sedangkan dalam konvensional siswa ditempatkan sebagai objek belajar, berperan
sebagai penerima informasi secara pasif.
2.
Dalam CTL siswa
belajar melalui kegiatan kelompok, berdiskusi, saling menerima dan memberi
sedangkan konvensional siswa lebih banyak belajar secara individu.
3.
Dalam CTL
pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata sedangkan konvensional
pembelajaran dikaitkan dengan teoritis dan abstrak.
4.
Dalam CTL
kemampuan didasarkan atas pengalaman sedangkan konvensionalisme kemampuan
diperoleh dari latihan-latihan.
5.
Tujuan dari
pembelajaran CTL adalah kepuasan diri, sedangkan konvensional tujuan akhirnya
adalah nilai
6.
Dalam CTL
tindakan dan perilaku didasarkan atas kesadaran diri sendiri sedangkan dalam
konvensional tindakan dan perilaku didasarkan oleh faktor dari luar diri. Misal
seorang siswa mengerjakan tugas bukan karna kesadaran diri sendiri melainkan
takut pada hukuman atau hanya memperoleh nilai dari guru.
7.
Dalam CTL pengetahuan
yang dimiliki siswa akan berkembang sesuai dengan pengalaman seseorang
tersebut, maka setiap siswa akan berbeda hakekat pengetahuan dan pengalaman
yang dimilikinya. Sedangkan dalam konvensional hal ini tidak terjadi karna
pembelajaran ini tidak dengan pengalaman dalam pembelajarannya.
8.
Dalam
pembelajaran CTL siswa bertanggung jawab dalam monitor dan mengembangkan
pembelajaran mereka masing-masing sedangkan konvensional guru adalah penentu
jalannya pembelajaran.
9.
Dalam
pembelajaran CTL pembelajaran bisa terjadi dimana saja dalam konteks dan setting yang berbeda sesuai dengan
kebutuhan, sedangkan konvensional pembelajaran hanya terjadi didalam kelas.
10. Karna tujuan yang ingin dicapai adalah seluruh aspek
perkembangan siswa maka dalam CTL keberhasilan pembelajaran diukur dengan
berbagai cara, misalnya dengan evaluasi, proses, hasil karya siswa, penampilan,
rekaman, observasi, wawancara dll. Sedangkan dalam pembelajaran konvensional
keberhasilan pembelajaran biasanya hanya diukur dari tes.
E.
Peran Guru dan Siswa dalam CTL
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan bagi
setiap Guru manakala menggunakan pendekatan CTL:
1.
Dalam
perkembangan kontekstual siswa dipandang sebagai individu yang sedang
berkembang. Kemampuan belajar individu dipengaruhi oleh tingkat perkembangan
dan keluasan pengalaman yang telah dimilikinya. Dengan demikian, peran guru
adalah membimbing siswa agar mereka bisa belajar sesuai dengan tahap
perkembangannya.
2.
Setiap anak
memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh tantangan.
Oleh karna itulah belajar bagi mereka adalah mencoba memecahkan setiap
persoalan yang menantang. Dengan demikian Guru berperan dalam memilih
bahan-bahan belajar yang dianggap penting untuk dipelajari oleh siswa.
3.
Belajar bagi
siswa adalah menterkaitkan antara hal-hal yang baru dengan hal-hal lama yang
sudah diketahuinya. Dengan demikian peran guru adalah membantu agar setiap
siswa dapat menemukan keterkaitan antara pengalaman baru dengan pengalaman
sebelumnya.
4.
Belajar bagi
anak adalah proses penyempurnaan skema yang telah ada (asimilasi) atau proses
pembentukan skema baru (akomodasi). Dengan demikian tugas guru adalah
memfasilitasi (mempermudah) agar anak mampu melakukan proses asimilasi dan
proses akomodasi.
F.
Asas-asas CTL
CTL sebagai suatu pendekatan mempunyai 7 asas,
yaitu:
1.
Konstruktivisme
Kontruktivisnme adalah
proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa
berdasarkan pengalaman.
Piaget
menyatakan hakikat pengetahuan sbb:
a)
Pengetahuan
bukan merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi konstruksi kenyataan
melalui subjek.
b)
Subjek membentuk
skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang perlu untuk pengetahuan.
c)
Pengetahuan
dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang. Struktur konsepsi membentuk
pengetahuan bila konsepsi itu berlaku dalam berhadapan dengan
pengalaman-pengalaman seseorang.
2.
Inkuiri
Inkuiri adalah proses pembelajaran yang didasarkan
pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis.
Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui
beberapa langkah, yaitu:
a)
Merumuskan
masalah
b)
Mengajukan
hipotesis
c)
Mengumpulkan
data
d)
Menguji
hipotesis berdasarkan data yang ditemukan
e)
Mebuat
kesimpulan
3.
Bertanya
(Questioning)
Belajar
pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab. Bertanya dipandang sebagai
refleksi dari keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab pertanyaan
mencerminkan kemampuan seseorang dalam berfikir. Dalam proses ini guru tidak menyampaikan informasi begitu saja
melainkan memencing siswa untuk
menemukan jawaban sendiri.
Dalam
suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk:
a)
Menggali
informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran.
b)
Membangkitkan
motivasi siswa dalam belajar.
c)
Merangsang
keingintahuan siswa terhadap sesuatu.
d)
Memfokuskan
siswa pada sesuatu yang diinginkan.
e)
Membimbing siswa
untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu.
4.
Masyarakat belajar
(Learning Community)
Leo Semenovich Vygotsky
(psikolog rusia) menyatakan bahwa pengetauan dan pemahaman anak ditopang banyak
oleh komunikasi dengan orang lain. Konsep masyarakat belajar dalam CTL
menyarankan agar hasil pembelajarn diperoleh melalui kerjasama dengan orang
lain.
5.
Pemodelan
(Modeling)
Maksutnya
adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang
dapat ditiru oleh setiap siswa. Misalnya guru memberika contoh bagaimana cara
mengoprasikan sebuah alat, atau bagaimana cara melafalkan kalimat asing dll.
6.
Refleksi
(Refelction)
Refleksi
adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan
dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran
yang telah dilaluinya.
7.
Penilaian nyata (Authentic
Assessment)
Penilaian
nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang
perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk
mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak, apakah pengalaman
belajar siswa memiliki pengaruh positif terhadap perkembangan baik untelektual
maupun mental siswa.
G.
Pola Dan Tahapan Pembelajaran CTL
Misalkan pada suatu hari guru akan membelajarkan
anak tentang fungsi pasar. Kompetensi yang harus dicapai adalah kemampuan anak
untuk memahami fungsi dan jenis pasar. Untuk mencapai kompetensi tersebut
dirumuskan beberapa indikator hasil belajar:
a)
Siswa dapat
menjelaskan pengertian pasar
b)
Siswa dapat
menjelaskan jenis-jenis pasar
c)
Siswa dapat
menjelaskan perbedaan karakteristik antara pasar tradisional dengan pasar
nontradisional (misal swalayan dengan mol)
d)
Siswa dapat
menyimpulkan tentang fungsi pasar
e)
Siswa bisa
membuat karangan yang ada kaitannya dengan pasar.
1.
Pola
pembelajaran konvensional
Untuk mencapai tujuan diatas, mungkin guru
menetapkan strategi pembelajaran sbb:
a)
Siswa disuruh
untuk membaca buku tentang pasar
b)
Guru
menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan pokok-pokok materi pelajaran
yang terkandung dalam indikator hasil belajar
c)
Guru memberi
kesempatan pada siswa untuk bertanya bila ada yang kurang jelas
d)
Guru melakukan
post test atau evaluasi sebagai upaya untuk mengecek terhadap pemahaman siswa
tentang materi pelajaran yang telah disampaikan.
e)
Guru menugaskan
siswa untuk membuat karangan sesuai dengan tema “pasar”
Dari penjelasan diatas jelas bahwa proses
pembelajaran sepenuhnya ada pada kendali Guru.
2.
Pola
pembelajaran CTL
a)
Pendahuluan
1)
Guru menjelaskan
kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan
pentingya materi pelajaran yang akan dipelajari.
2)
Guru menjelaskan
prosedur pembelajaran CTL:
·
Siswa dibagi
dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah siswa dalam kelas.
·
Tiap kelompok
ditugaskan untuk melakukan observasi
·
Melalui
observasi siswa ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yang ditemukan di
pasar-pasar tersebut.
3)
Guru melakukan
tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap siswa.
b)
Inti
Dilapangan
1)
Siswa melakukan
observasi kepasar sesuai dengan pembagian tugas kelompok.
2)
Siswa mencatat
hal-hal yang mereka temukan dipasar sesuai dengan alat observsi yang telah
mereka tentukan sebelumnya.
Didalam kelas
1)
Siswa
mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya masing-masing
2)
Siswa melaporkan
hasil diskusi
3)
Setiap kelompok
menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain
c)
Penutup
1)
Dengan bantuan
guru siswa menyimpulkan hasil observasi sekitar masalah pasar sesuai dengan
indikator hasil belajar yang harus dicapai.
2)
Guru menugaskan
siswa untuk membuat karangan tentang pengalaman belajar mereka dengan tema
“pasar”.
Ada beberapa catatan dalam penerapan CTL sebagai
suatu strategi pembelajaran, yaitu:
1)
CTL adalah model
pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik
maupun mental.
2)
CTL memandang
bahwa belajar bukan menghafal, akan tetapi proses berpengalaman dalam kehidupan
nyata.
3)
Kelas dalam pembelajar CTL bukan sebagai
tempat untuk memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji
data hasil temuan mereka dilapangan.
4)
Materi pelajaran
ditemukan oleh siswa sendiri, bukan hasil pemberian dari orang lain.
3.
Langkah-langkah pengembangan dalam kontekstual:
Sebelum
melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan Kontekstual, tentu saja terlebih
dahulu guru harus membuat desain/skenario pembelajarannya, sebagai pedoman umum
dan sekaligus sebagai alat kontrol dalam pelaksanaannya. Pada intinya
pengembangan setiap komponen Kontekstual tersebut dalam pembelajaran dapat
dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a)
Langkah pertama, mengembangkan pemikiran siswa untuk
melakukan kegiatan belajar lebih bermakna apakah dengan cara bekerja sendiri,
menemukan sendiri, dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru
yang harus dimilikinya.
b)
Langkah kedua, melaksanakan sejauh mungkin kegiatan
inquiry untuk semua topik yang diajarkan.
c)
Langkah ketiga, mengembangkan sifat ingin tahu siswa
dengan memunculkan pertanyaan-pertanyaan.
d)
Langkah keempat, menciptakan masyarakat belajar,
seperti melalui kegiatan kelompok, berdiskusi, tanya jawab, dan sebagainya.
e)
Langkah kelima, menghadirkan model sebagai contoh
pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model bahkan media yang sebenarnya.
f)
Langkah keenam, membiasakan anak untuk melakukan
refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
g)
Langkah ketujuh, melakukan penilaian secara objektif,
yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa.
4. Alasan
perlu diterapkannya pembelajaran kontekstual adalah :
a)
:Sebagian besar waktu belajar
sehari-hari di sekolah masih didominasi kegiatan penyampaian pengetahuan oleh
guru, sementara siswa ”dipaksa” memperhatikan dan menerimanya, sehingga tidak menyenangkan
dan memberdayakan siswa.
b)
Materi pembelajaran bersifat
abstrak-teoritis-akademis, tidak terkait dengan masalah-masalah yang dihadapi
siswa sehari-hari di lingkungan keluarga, masyarakat, alam sekitar dan dunia
kerja.
c)
Penilaian hanya dilakukan dengan tes
yang menekankan pengetahuan, tidak menilai kualitas dan kemampuan belajar siswa
yang autentik pada situasi yang autentik.
d)
Sumber belajar masih terfokus pada guru dan
buku. Lingkungan sekitar belum dimanfaatkan secara optimal.
5.
Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran
Kontekstual
Adapun beberapa keunggulan dari pembelajaran Kontekstual adalah:
a)
Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya
siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di
sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat
mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi
siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang
dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah
dilupakan.
b)
Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan
penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran
konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya
sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar
melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.
c)
Kontekstual adalah model pembelajaran yang menekankan
pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental.
d)
Kelas dalam pembelajaran Kontekstual bukan sebagai
tempat untuk memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji
data hasil temuan mereka di lapangan.
e)
Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa,
bukan hasil pemberian dari guru
f)
Penerapan pembelajaran Kontekstual dapat menciptakan
suasana pembelajaran yang bermakna
Sedangkan
kelemahan dari pembelajaran Kontekstual adalah sebagai berikut:
a)
Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses
pembelajaran Kontekstual berlangsung.
b)
Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas maka dapat
menciptakan situasi kelas yang kurang kondusif.
c)
Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam
metode CTL, guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru
adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan
pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai
individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi
oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan
demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ”penguasa” yang memaksa
kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar
sesuai dengan tahap perkembangannya.
d)
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan atau menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan
menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk
belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan
bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa
yang diterapkan semula.
cukup lengkap datanya,,, hanya sumber daftar pustaka dari setiap kajian teori para ahli belum ada...
ReplyDeleteok,,
Deletetrimakasih atas srannya,,