qu

qu

Wednesday, December 5, 2012

model pembelajaran kontekstual (CTL)


MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
(CTL)
A.      Definisi Pembelajaran Kontekstual (CTL)
Apa yang dimaksud dengan pembelajaran kontekstual tidak ada sebuah definisi atau pengertian tunggal. Setiap pakar dan komunitas pakar memberikan definisi beragam.
Namun mereka bersepakat bahwa hakekat pembelajaran kontekstual adalah sebuah sistem yang mendorong pembelajar untuk membangun keterkaitan, independensi, relasi-relasi penuh makna antara apa yang dipelajari dengan realitas, lingkungan personal, sosial dan kultural yang terjadi sekarang ini (Moh.ImamFarisi,2005).
Definisi Pembelajaran Kontekstual atau CTL menurut para ahli. Ada tiga ahli pendidikan yang kami ambil untuk mendefinisikan pembelajaran kontekstual ini (CTL). Definisi tersebut antara lain.
Elaine B. Johnson:
Contextual Teaching and Learning (CTL) atau disebut secara lengkap dengan Sistem Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna didalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka.
Dengan pengertian tentang pembelajaran kontekstual diatas, diperlukan usaha dan strategi pengajaran yang tepat, sehingga dapat dicapai tujuan untuk mengantarkan guru dan murid dalam sebuah pendidikan yang kontekstual. Untuk mencapai tujuan ini, sistem pembelajaran kontekstual mempunyai delapan komponen utama.
Komponen pembelajaran kontekstual tersebut adalah sebagai berikut:
1. membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna,
2. melakukan pekerjaan yang berarti,
3. melakukan pembelajaran yang diatur sendiri,
4. melakukan kerja sama,
5. berpikir kritis dan kreatif,
6. membantu individu untuk tumbuh dan berkembang (konstruktivisme),
7. mencapai standar yang tinggi,
8. dan menggunakan penilaian autentik.

Akhmad Sudrajat:
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.
Diknas:
Contextual Teaching and Learning adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan perencanaan dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar pada saat guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sehari-hari.
B.     Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Kontekstual
Strategi Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Dalam konsep ini ada tiga hal yang harus dipahami:
1.      CTL menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, maksudnya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung sehingga siswa tidak hanya menerima materi dari guru tetapi mencari dan menemukan materi sendiri.
2.      CTL mendorong siswa agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata.
3.      CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, jadi bukan hanya siswa dapat memahami materi tetapi juga bagaimana materi itu dapat disalurkan atau dipraktekan dalam perilaku kehidupan sehari-hari.
Terdapat 5 karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL:
1.      Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan dengan pengetahuan yang sudah ada (activing knowledge). Maksutnya apa yang akan dipelajari tidak lepas dengan pengetahuan yang sudah dipelajari.
2.      Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memeperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pembelajaran biasanya dimulai dengan mempelajari keseluruhan dulu lalu ke detailnya.
3.      Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge). Pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal melainkan untuk difahami dan diyakini, misal meminta pendapat dari orang lain tentang pengetahuan yang sudah didapatkannya dan atas pendapat tersebut baru pengetahuan tersebut akan dikembangkan.
4.      Mempraktekan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge). Pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa sehingga tampak perubahan perilaku pada siswa tersebut.
5.      Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap perkembangan strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.

C.     Latar Belakang CTL
1.    Latar belakang filosfis
CTL banyak dipengaruhi oleh filsafat konstruktivisme yang mulai digagas oleh Mark Baldwin dan selanjutnya dikembangkan oleh jean piaget. Dari pemikiran Epistemologi Giambatisa Vico (suparno, 1997) yang menyatakan bahwa pengetahuan itu tidak lepas dari orang (subjek) yang tahu, pengetahuan merupakan struktur konsep dari subjek yang mengamati.
Selanjutnya pandangan filsafat konstruktivisme adalah belajar bukanlah sekedar menghafal, tetapi proses berkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil dari pemberian orang lain seperti Guru, tetapi hasil dari proses menkonstruksi yang dilakukan oleh setiap individu.
Piaget berpendapat bahwa sejak kecil setiap anak sudah memiliki struktur kognitif yang kemudian dinamakan “skema”. Skema terbentuk karna pengalaman. Pandangan piaget tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan itu terbentuk dalam struktrur kognitif anak, sangat berpengaruh terhadap beberapa model pembelajaran, diantaranya model pembelajaran kontekstual. Menurut pangdangan kontekstual, pengetahuan itu akan bermakna manakala ditemukan dan dibangun sendiri oleh siswa. Pengetahuan yang diperoleh dari orang lain tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna. Pengetahuan yang demikian akan mudah dilupakan dan tidak fungsional.
2.    Latar belakang psikologis
Sesuai dengan filsafat yang mendasari bahwa pengetahuan terbentuk karna peran aktif subjek, dipandang dari sudut psikologis CTL berpijak pada aliran psikologis kognitif. Menurut aliran ini proses belajar terjadi karna pemahaman individu akan lingkungan. Belajar melibatkan proses mental yang tidak tampak seperti emosi, minat, motivasi, dan kemampuan ataupun pengalaman.
Ada beberapa hal yang harus dipahami tentang belajar dalam konteks CTL:
a)      Belajar bukanlah menghafal, tetapi proses mengkontruksi pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang mereka miliki. Semakin banyak pengalaman maka akan semakin banyak pula pengetahuan yang didapatkan.
b)      Belajar bukan hanya sekedar mengumpulkan fakta, tetapi dengan pengetahuan yang dimiliki akan berpengaruh terhadap pola-pola perilaku. Semakin pengetahuan seseorang luas dan mendalam maka akan semakin efektif dalam berfikir.
c)      Belajar adalah proses pemecahan masalah.
d)     Belajar adalah proses pengalaman sendiri yang berkembang secara bertahap dari yang sederhana menuju kekompleks.
e)      Belajar pada hakikatnya adalah menangkap pengetahuan dari kenyataan.

D.     Perbedaan CTL dengan pembelajaran Konvensional
1.      CTL menempatkan siswa sebagai subjek belajar (siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran), sedangkan dalam konvensional siswa ditempatkan sebagai objek belajar, berperan sebagai penerima informasi secara pasif.
2.      Dalam CTL siswa belajar melalui kegiatan kelompok, berdiskusi, saling menerima dan memberi sedangkan konvensional siswa lebih banyak belajar secara individu.
3.      Dalam CTL pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata sedangkan konvensional pembelajaran dikaitkan dengan teoritis dan abstrak.
4.      Dalam CTL kemampuan didasarkan atas pengalaman sedangkan konvensionalisme kemampuan diperoleh dari latihan-latihan.
5.      Tujuan dari pembelajaran CTL adalah kepuasan diri, sedangkan konvensional tujuan akhirnya adalah nilai
6.      Dalam CTL tindakan dan perilaku didasarkan atas kesadaran diri sendiri sedangkan dalam konvensional tindakan dan perilaku didasarkan oleh faktor dari luar diri. Misal seorang siswa mengerjakan tugas bukan karna kesadaran diri sendiri melainkan takut pada hukuman atau hanya memperoleh nilai dari guru.
7.      Dalam CTL pengetahuan yang dimiliki siswa akan berkembang sesuai dengan pengalaman seseorang tersebut, maka setiap siswa akan berbeda hakekat pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya. Sedangkan dalam konvensional hal ini tidak terjadi karna pembelajaran ini tidak dengan pengalaman dalam pembelajarannya.
8.      Dalam pembelajaran CTL siswa bertanggung jawab dalam monitor dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing sedangkan konvensional guru adalah penentu jalannya pembelajaran.
9.      Dalam pembelajaran CTL pembelajaran bisa terjadi dimana saja dalam konteks dan setting yang berbeda sesuai dengan kebutuhan, sedangkan konvensional pembelajaran hanya terjadi didalam kelas.
10.  Karna tujuan yang ingin dicapai adalah seluruh aspek perkembangan siswa maka dalam CTL keberhasilan pembelajaran diukur dengan berbagai cara, misalnya dengan evaluasi, proses, hasil karya siswa, penampilan, rekaman, observasi, wawancara dll. Sedangkan dalam pembelajaran konvensional keberhasilan pembelajaran biasanya hanya diukur dari tes.

E.     Peran Guru dan Siswa dalam CTL
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan bagi setiap Guru manakala menggunakan pendekatan CTL:
1.      Dalam perkembangan kontekstual siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar individu dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang telah dimilikinya. Dengan demikian, peran guru adalah membimbing siswa agar mereka bisa belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
2.      Setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh tantangan. Oleh karna itulah belajar bagi mereka adalah mencoba memecahkan setiap persoalan yang menantang. Dengan demikian Guru berperan dalam memilih bahan-bahan belajar yang dianggap penting untuk dipelajari oleh siswa.
3.      Belajar bagi siswa adalah menterkaitkan antara hal-hal yang baru dengan hal-hal lama yang sudah diketahuinya. Dengan demikian peran guru adalah membantu agar setiap siswa dapat menemukan keterkaitan antara pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya.
4.      Belajar bagi anak adalah proses penyempurnaan skema yang telah ada (asimilasi) atau proses pembentukan skema baru (akomodasi). Dengan demikian tugas guru adalah memfasilitasi (mempermudah) agar anak mampu melakukan proses asimilasi dan proses akomodasi.

F.      Asas-asas CTL
CTL sebagai suatu pendekatan mempunyai 7 asas, yaitu:
1.      Konstruktivisme
Kontruktivisnme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.
Piaget menyatakan hakikat pengetahuan sbb:
a)      Pengetahuan bukan merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi konstruksi kenyataan melalui subjek.
b)      Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang perlu untuk pengetahuan.
c)      Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang. Struktur konsepsi membentuk pengetahuan bila konsepsi itu berlaku dalam berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang.
2.      Inkuiri
Inkuiri adalah proses pembelajaran yang didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis.
Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu:
a)      Merumuskan masalah
b)      Mengajukan hipotesis
c)      Mengumpulkan data
d)     Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan
e)      Mebuat kesimpulan
3.      Bertanya (Questioning)
Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab. Bertanya dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berfikir. Dalam proses ini guru  tidak menyampaikan informasi begitu saja melainkan  memencing siswa untuk menemukan jawaban sendiri.
Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk:
a)      Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran.
b)      Membangkitkan motivasi siswa dalam belajar.
c)      Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu.
d)     Memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan.
e)      Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu.
4.      Masyarakat belajar (Learning Community)
Leo Semenovich Vygotsky (psikolog rusia) menyatakan bahwa pengetauan dan pemahaman anak ditopang banyak oleh komunikasi dengan orang lain. Konsep masyarakat belajar dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajarn diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain.
5.      Pemodelan (Modeling)
Maksutnya adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Misalnya guru memberika contoh bagaimana cara mengoprasikan sebuah alat, atau bagaimana cara melafalkan kalimat asing dll.
6.      Refleksi (Refelction)
Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya.
7.      Penilaian nyata (Authentic Assessment)
Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak, apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh positif terhadap perkembangan baik untelektual maupun mental siswa.

G.    Pola Dan Tahapan Pembelajaran CTL
Misalkan pada suatu hari guru akan membelajarkan anak tentang fungsi pasar. Kompetensi yang harus dicapai adalah kemampuan anak untuk memahami fungsi dan jenis pasar. Untuk mencapai kompetensi tersebut dirumuskan beberapa indikator hasil belajar:
a)      Siswa dapat menjelaskan pengertian pasar
b)      Siswa dapat menjelaskan jenis-jenis pasar
c)      Siswa dapat menjelaskan perbedaan karakteristik antara pasar tradisional dengan pasar nontradisional (misal swalayan dengan mol)
d)     Siswa dapat menyimpulkan tentang fungsi pasar
e)      Siswa bisa membuat karangan yang ada kaitannya dengan pasar.

1.      Pola pembelajaran konvensional
Untuk mencapai tujuan diatas, mungkin guru menetapkan strategi pembelajaran sbb:
a)      Siswa disuruh untuk membaca buku tentang pasar
b)      Guru menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan pokok-pokok materi pelajaran yang terkandung dalam indikator hasil belajar
c)      Guru memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya bila ada yang kurang jelas
d)     Guru melakukan post test atau evaluasi sebagai upaya untuk mengecek terhadap pemahaman siswa tentang materi pelajaran yang telah disampaikan.
e)      Guru menugaskan siswa untuk membuat karangan sesuai dengan tema “pasar”
Dari penjelasan diatas jelas bahwa proses pembelajaran sepenuhnya ada pada kendali Guru.

2.      Pola pembelajaran CTL
a)      Pendahuluan
1)      Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingya materi pelajaran yang akan dipelajari.
2)      Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL:
·         Siswa dibagi dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah siswa dalam kelas.
·         Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi
·         Melalui observasi siswa ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yang ditemukan di pasar-pasar tersebut.
3)      Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap siswa.
b)      Inti
Dilapangan
1)      Siswa melakukan observasi kepasar sesuai dengan pembagian tugas kelompok.
2)      Siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan dipasar sesuai dengan alat observsi yang telah mereka tentukan sebelumnya.

Didalam kelas
1)      Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya masing-masing
2)      Siswa melaporkan hasil diskusi
3)      Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain
c)      Penutup
1)      Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi sekitar masalah pasar sesuai dengan indikator hasil belajar yang harus dicapai.
2)      Guru menugaskan siswa untuk membuat karangan tentang pengalaman belajar mereka dengan tema “pasar”.
Ada beberapa catatan dalam penerapan CTL sebagai suatu strategi pembelajaran, yaitu:
1)      CTL adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental.
2)      CTL memandang bahwa belajar bukan menghafal, akan tetapi proses berpengalaman dalam kehidupan nyata.
3)       Kelas dalam pembelajar CTL bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka dilapangan.
4)      Materi pelajaran ditemukan oleh siswa sendiri, bukan hasil pemberian dari orang lain.

3.      Langkah-langkah pengembangan dalam kontekstual:
Sebelum melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan Kontekstual, tentu saja terlebih dahulu guru harus membuat desain/skenario pembelajarannya, sebagai pedoman umum dan sekaligus sebagai alat kontrol dalam pelaksanaannya. Pada intinya pengembangan setiap komponen Kontekstual tersebut dalam pembelajaran dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a)      Langkah pertama, mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang harus dimilikinya.
b)      Langkah kedua, melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang diajarkan.
c)      Langkah ketiga, mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan memunculkan pertanyaan-pertanyaan.
d)     Langkah keempat, menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok, berdiskusi, tanya jawab, dan sebagainya.
e)      Langkah kelima, menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model bahkan media yang sebenarnya.
f)       Langkah keenam, membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
g)      Langkah ketujuh, melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa.

4.      Alasan perlu diterapkannya pembelajaran kontekstual adalah :
a)      :Sebagian besar waktu belajar sehari-hari di sekolah masih didominasi kegiatan penyampaian pengetahuan oleh guru, sementara siswa ”dipaksa” memperhatikan dan menerimanya, sehingga tidak menyenangkan dan memberdayakan siswa.
b)      Materi pembelajaran bersifat abstrak-teoritis-akademis, tidak terkait dengan masalah-masalah yang dihadapi siswa sehari-hari di lingkungan keluarga, masyarakat, alam sekitar dan dunia kerja.
c)      Penilaian hanya dilakukan dengan tes yang menekankan pengetahuan, tidak menilai kualitas dan kemampuan belajar siswa yang autentik pada situasi yang autentik.
d)      Sumber belajar masih terfokus pada guru dan buku. Lingkungan sekitar belum dimanfaatkan secara optimal.



5.      Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kontekstual
Adapun beberapa keunggulan dari pembelajaran Kontekstual adalah:
a)      Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.
b)       Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.
c)      Kontekstual adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental.
d)     Kelas dalam pembelajaran Kontekstual bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di lapangan.
e)      Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa, bukan hasil pemberian dari guru
f)       Penerapan pembelajaran Kontekstual dapat menciptakan suasana pembelajaran yang  bermakna

Sedangkan kelemahan dari pembelajaran Kontekstual adalah sebagai berikut:
a)      Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran Kontekstual berlangsung.
b)      Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas maka dapat menciptakan situasi kelas yang kurang kondusif.
c)       Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL,  guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ”penguasa” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
d)     Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.

2 comments:

  1. cukup lengkap datanya,,, hanya sumber daftar pustaka dari setiap kajian teori para ahli belum ada...

    ReplyDelete