qu

qu

Sunday, December 30, 2012

ARTIKEL MASALAH PEMBELAJARAN MATEMATIKA


I.       Latar Belakang Masalah
Sebagaimana termaktub dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, yakni: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

sedangkan Kosasih Djahiri (1980 : 3) mengatakan bahwa Pendidikan adalah merupakan upaya yang terorganisir, berencana dan berlangsung kontinyu (terus menerus sepanjang hayat) kearah membina manusia/anak didik menjadi insan paripurna, dewasa dan berbudaya (civilized).
dengan demikian penulis rumuskan pendidikan sebagai usaha yang terorganisir dan berlangsung secara kontinu dengan tujuan humanisasi di segala aspek, kondisi, dan situasi. untuk mewujudkan hal tersebut maka dilaksanakanlah suatu proses pembelajaran dengan metode-metode yang mendukung terlaksananya tujuan pendidikan indonesia. terdapat banyak model dan pendekatan dalam proses pembelajaran namun penggunaan model ini disesuaikan dengan kebutuhan dan kasesuaian dengan materi yang akan disampaikan saat itu.
Winataputra dalam  Sugiyanto (2008) mengemukakan bahwa : model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pencanang pembelajaran dan para pengajar dalam mencanangkan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.

seperti halnya pada pembelajaran matematika model yang akan diterapkan pada suatu materi seharusnya disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan. namun pada kenyataannya penyampaian materi matematika hanya didoninasi dengan penyampaian dengan menggunakan metode ceramah karena menurut sebagian guru metode ini dirasa lebih efektif untuk menyampaikan materi matematika yang didominasi dengan rumus dan perhitungan angka-angka. dalam hal ini pembelajaran yang seperti disebutkan tadi agaknya memiliki andil besar dalam pencitraan matematika sebagai mata pelajaran yang sulit dan menakutkan karena dalam metode caramah siswa hanya duduk diam dan mendengarkan apa yang disampaikan guru tanpa tahu apa dasar dari segala yang disampaikannya. murid hanya selalu di suapi materi-materi yang guru telah siapkan dan kuasai tanpa ada kebebasan untuk menggali dan memahami materi dengan caranya sendiri. oleh karena itu guru harus menyikapinya dengan sigap yaitu bisa dengan menerapkan model dan pendekatan yang dapat meningkatkan motivasi, partisipasi dan pemahaman terhadap konsep materi yang disampaikan.
dahar (1991:80) menyatakan bahwa :”konsep adalah abstraksi yang memiliki satu kelas objek-objek, kejadian, kegiatan-kegiatan atas hubungan-hubungan yang merupakan atribut-atribut yang sama”. sedangkan gagne menyatakan dalam syaiful sagala (2006 :71) bahwa :”konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan kita mengelompokkan benda-benda atau objek contoh dan contoh-contoh”.
 berdasarkan pendapat tersebut maka dapat dikatakan bahwa konsep adalah ide yang dapat digunakan untuk menghubungkan satu masalah dengan masalah yang lainnya yang masih terdapat dalam satu tataran tertetu.
Dan di dalam pembelajaran matematika sebaiknya dibuat susana yang menyenangkan semisal dengan permainan. Diantara beberapa bentuk yang kooperatif yang diterapkan dibeberapa pokok bahasan mata pelajaran matematika yaitu Team Assisted Individualization ( TAI ) dan untuk lebih efektifnya model pembelajaran ini dapat dikolaborasikan dengan pendekatan RME, dimana keduanya saling menunjang satu sama lainnya. Model ini akan diuraikan lebih lanjut dalam artikel ini.
Dan di dalam pembelajaran matematika sebaiknya dibuat susana yang menyenangkan semisal dengan permainan. Diantara beberapa bentuk yang kooperatif yang diterapkan dibeberapa pokok bahasan mata pelajaran matematika yaitu Team Assisted Individualization ( TAI ) dan untuk lebih efektifnya model pembelajaran ini dapat dikolaborasikan dengan pendekatan RME, dimana keduanya saling menunjang satu sama lainnya. Model ini akan diuraikan lebih lanjut dalam artikel ini.


II.      Tinjauan Pustaka
A.    Pengertian dan Hakikat Belajar
Secara umum belajar adalah sebuah proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya pikir, dan kemampuan-kemampuan yang lain.
Menurut Slameto (2010: 2), ”belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. selanjutnya Bruner mengungkapkan (dalam Ratna Wilis Dahar, 2011: 77), belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung bersamaan yaitu :
a.   Memperoleh informasi baru.
b.   Transformasi informasi
c.   Menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan.

jadi penulis berkesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan dengan tujuan meningkatkan kualitas diri dari berbagai aspek baik dari luar maupun dari dalam diri.

B.     Pengertian Pembelajaran
a.      Pengertian Pembelajaran
Menurut Gagne, Briggs, dan wagner dalam buku Udin S. Winataputra (2008 : 40) pengertian pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkingan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.
jadi pembelajaran adalah interaksi antara peserta didik dan pendidik dalam melakukan proses belajar yang dilakukan dengan cara dua arah tanpa menguntungkan salah satu pihak dan merugikan pihak yang lainnya tapi kedua pihak mendapatkan hal yang sama dengan tercapainya tujuan bersama
Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreatifitas pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.

C.    Pengertian Hasil Belajaar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22). Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004 : 22).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari atau hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupa sehingga nampak pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.

D.    Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization ( TAI ) .
Menurut Suyitno (dalam Widyantini : 2006) Model pembelajaran kooperatif tipe team assisted individualization ( TAI ) adalah model pembelajaran yang membentuk kelompok kecil yang heterogen dengan latar belakang cara berfikir yang berbeda untuk saling membantu terhadap siswa lain yang membutuhkan bantuan.

Model pembelajaran kooperatif tipe TAI menerapkan bimbingan antar teman sebagai titik berat dalam pelaksanaan pembelajaran. Siswa yang pandai bertanggung jawab atas siswa yang lemah sehingga  meningkatkan partisipasi siswa dalam kelompok yang kecil. Dalam model pembelajaran ini siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya, , sedang siswa yang lemah dapat terbantu dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi.

Model pembelajaran tipe ini dikembangkan oleh Robert E. Slavin. Tipe ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Oleh karena itu, kegiatan pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah. Ciri khas pada tipe TAI ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan guru. Hasil belajar individual dibawa kekelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.

E.     Sintaks Model Pembelajaran TAI
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah sebagai berikut:
1.    Guru memberikan pre-test kepada peserta didik sebagai skor dasar/skor awal.
2.    Guru menjelaskan materi dasar secara singkat kepada peserta didik.
3.   Guru membentuk kelompok yang heterogen berdasarkan pre-test atau rata-rata nilai harian peserta didik yang berjumlah 5-6 peserta didik setiap kelompoknya.
4.  Peserta didik diberikan tugas untuk menganalsis serta menyelesaikan masalah secara individu dan kelompok.
5.   Guru peserta meminta peserta didik menyajikan dan mempresentasikan hasil tugas diskusi kelompoknya di depan kelas untuk menilai setiap kelompoknya.
6.    Guru mengoreksi hasil diskusi yang dipresentasikan dan memberikan nilai kelompok serta menentukan kelompok yang terbaik dan memberi motivasi kepada peserta didik dalam kelompok yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.
7. Melalui kegiatan diskusi dan bimbingan guru, peserta didik dapat membuat simpulan danrangkuman.
8.  Guru mengkondisikan peserta didik seperti semula secara individual, kemudian guru memberi tes kecil sebagai penilaian akhir individu diakhir pembelajaran. 
9.      guru menyampaikan rencana belajar matematika pada pertemuan berikutnya dan meminta peserta didik mempelajari materi selanjutnya.

F.     Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif  Tipe TAI
1.      Kelebihan model pembelajaran kooperatif  tipe TAI adalah sebagai berikut :
a)      Meningkatkan hasil belajar individual melalui bimbingan antar teman.
b)      Meningkatkan partisipasi siswa dalam kelompok.
c)      Meningkatkan rasa solidaritas antar teman melalui kerja kelompok.
d)     Menumbuhkan rasa tanggung jawab atas keberhasilan hasil belajar individual dan kelompok.
e)      Siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya, sedangkan siswa yang lemah dapat terbantu dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi.
2.      Kelemahan  model pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah sebagai berikut:
a)      Model pembelajaran ini membutuhkan waktu yang relatif lama dalam penerapannya di kelas.
b)      Diskusi para siswa membuat suasana kelas yang cukup gaduh.
c)      Siswa yang merasa mampu dan mengusai materi, terkadang merasa enggan mengajari anggota kelompoknya yang lemah.
d)     Dengan jumlah siswa yang cukup besar dalam kelas, guru akan mengalami kesulitan dalam memberikan bimbingan kepada siswa.

 G.    Pengertian pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
1.         Pengertian Pendekatan RME
Kata realistic merujuk pada pendekatan dalam pendidikan matematika yang telah dikembangkan di netherland belanda, pendekatan ini mengacu pada pendapat freudenthal (Gravermeijer, 1994) yang menyatakan bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan aktivitas manusia (mathematics as a human activity).
ini berarti bahwa matematika harus dekat dan relevan dengan kehidupan anak sehari-hari. Matematika sebagai aktivitas manusia berarti bahwa manusia diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika. Pendekatan ini kemudian dikenal dengan nama Realistic Mathematics Education (RME).
Soedjadi (2001:2) mengemukakan bahwa pembelajaran matematika dengan pendekatan realistic pada dasarnya adalah pemanfaatan realita dan lingkungan yang dipahami peserta untuk memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga mencapai tujuan pendidikan matematika yang lebih baik.

Selain itu soedjadi juga menjelaskan bahwa realita adalah hal – hal nyata yang kongkrit yang dapat diamati dan dipahami siswa dengan cara membayangkan. Sedangkan lingkungan adalah tempat dimana peserta didik berada baik dilingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat.
soedjadi, zulkardi dan asikin mengkarateristikan pembelajaran matematika realistic menjadi 5 yaitu sebagai berikut:
a.       menggunakan masalah kontekstual ( the use of context)
pembelajaran diawali dengan menggunakan masalah kontekstual ( dunia nyata) dan tidak dimulai dari system formal. Masalah kontekstual yang diangkat sebagai topic awal pembelajaran harus merupakan masalah sederhana yang diketahui oleh siswa.
b.      Menggunakan model ( use models, bridging by vertical instrument)
Istilah model berkaitan dengan masalah situasi dan model matematika yag dikembangkan sendiri oleh siswa, mengaktualisasikan masalah kebentuk visual sebagai sarana untuk memudahkan pengajaran.
c.       Menggunakan kontribusi siswa (student contribution)
Konstribusi yang besar diharapkan pada proses belajar mengajar dating dari siswa artinya semua pikiran ( konstruksi dan produksi)
d.       Interaksi ( interactivity)
Mengoktimalkan proses pembelajaran melalui interaksi siswa dengan guru dan siswa dengan sarana dan prasarana merupakan hal terpenting dalam pembelajaran matematika realistic.
e.       Terintegrasi dengan topic lainnya (intertwining)
Struktur dan konsep matematika saling berkaitan maka dari itu, keterkaitan antar topic (unit pelajaran) tersebut harus dieksplorasi agar proses pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Selain karakteristik pembelajaran matematika realistic terdapat juga prinsip –prinsip pembelajaran matematika realistic. Menurut gravemejer ada tiga prinsip dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan realistic matematika yaitu sebagai berikut; 1)   Penemuan kembali terbimbing (guided reinvention) dan matematika progesif ( progresif mathematics). Menurut prinsip ini pembelajaran matematika perlu diupayakan agar siswa mempunyai pengalaman dalam menemukan sendiri berbagai konsep, prinsip atau prosedur, dengan bimbingan guru untuk menyelesaikan berbagai jenis masalah yang ada dalam dunia nyata. Prinsip ini mengacu pada pernyataan tentang konstruktivisme bahwa pengetahuan tidak dapat ditransfer oleh guru tetapi hanya dapat dikonstruksi oleh siswa itu sendiri; 2)   Fenomenologi daktis ( didactical phenomenology) Yang dimaksud dengan fenomenologi adalah para siswa dalam mempelajari konsep-konsep, prinsip – prinsip atau materi lain yang terkait dengan matematika bertitik tolak pada masalah – masalah kontekstual yang mempunyai berbagai kemungkinan atau setidaknya berasal dari masalah yang dapat dibayangkan oleh siswa; 3)   Mengembangkan model – model sendiri (self developed model). Pada prinsip ini siswa diharapkan dapat mengembangkan sendiri model atau cara menyelesaikan masalah. Model atau cara tersebut dimaksudkan sebagai wahana untuk mengembangkan proses berfikir siswa  karena dari proses berfikir tesebut siswa dapat mengembangkan sediri model ataupun cara menyelesaikan masalah terutama masalah kontekstual.

H.    Sintaks Pendekatan RME
Langkah – langkah dalam proses pembelajaran matematika dengan pendekatan matematika realistic adalah sebagai berikut:
1.      Memahami masalah kontekstual
Dalam langkah ini guru memberikan soal yang ada dalam kehidupan sehari – hari dan meminta siswa untuk memahami siswa tersebut.
2.      Menjelaskan masalah kontekstual
Guru menjelaskan situasi dan kondisi dari soal denagn cara memberikan petunjuk-petunjuk atau berupa saran seperlunya terhadap bagian yang belum dipahami oleh siwa.
3.      Menyelesaikan masalah kontekstual             
Siswa secara individual menyelesaikan masalah kontekstual dengan cara mereka sendiri.
4.      Membandingkan dan mendiskusikan.
Guru menyediakan waktu dan kesempatan kepada siswa unttuk membandingkan dan mendiskusikan jawaban secara berkelompok untuk selanjutnya didiskusikan baik untuk diskusi kelompok maupun diskusi kelas.
5.      Menyimpulkan
Dari hasil diskusi guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan suatu konsep atau prosedur
.
 
I.       Kelebihan dan Kelemahan RME
menurut kholidin, S.Pd kelebihan RME sebagai salah satu pendekatan adalah :
a)      memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada peserta didik tentang keterkaitan antara matematika dengan kehidupan sehari-hari
b)      memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada peserta didik  bahwa matematika adalah suatu bidang kajian yang dapat dikonstruksi dan dapat dikembangkan sendiri oleh peserta didik.
c)      Memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada peserta didik bahwa cara penyelesaian suatu soal atau masalah tidak harus tunggal dan tidak harus sama antara orang yang satu dengan orang yang lain, dan selanjutnya dengan membandingkan cara yang satu dengan cara yang lain akan diproleh cara penyelesaian yang paling tepat, sesuai dengan tujuan dari proses penyelesaian soal atau masalah tersebut.
d)     Memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada peserta didik bahwa dalam mempelajari matematika, proses pembelajaran merupakan suatu yang utama dan untuk mempelajari matematika, orang harus menjalani sendiri proses itu, dan berusaha untuk menemukan sendiri konsep-konsep atau materi-materi dengan bantuan pihak lain yang lebih tahu (misalnya guru).
e)      Memadukan kelebihan-kelebihan dari berbagai pendekatan pembelajaran yang lain yang dianggap unggul antara kain pendekatan pemecahan masalah, pendekatan kontrukstivisme, dan pendekatan yang berbasis lingkungan.
f)       Bersifat langka, menyeluruh (mendetail), dan operasional.

Kelemahan pembelajaran matematika realistik antara lain :

a)      Karena sudah terbiasa diberi informasi terlebih dahulu maka siswa masih kesulitan dalam menentukan sendiri jawabannya.
b)      Membutuhkan waktu yang lama.
c)      Siswa yang pandai kadang tidak sabar menanti jawabannya terhadap teman yang belum selesai
d)     Membutuhkan alat peraga yang sesuai dengan situasi pembelajaran saat itu
e)      Belum ada pedoman penilaian sehingga guru merasa kesal dalam evaluasi/memberi nilai.


DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard I. 2008. Learning To Teach Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Lie,  Anita. 2004. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Widyantini, M. Si. 2006. Model Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Kooperatif.http://p4tkmatematika.org/downloads/ppp/PPP_Pembelajaran_Kooperatif.pdf, diakses pada 15 september 2011
Kurniati, Ana. 2007. Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Peserta Didik  Kelas VIII SMP N 1 Ngadirejo Temanggung. Skripsi (tidak diterbitkan). Semarang: Univesitas Negeri Semarang.
Nur, Muhamad. 2005. Pembelajaran kooperatif. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sokolah UNESA.
Hadi, Sutarto. (2005). Pendidikan Matematika Realistik. Banjarmasin: Tulip.
Sembiring, RK.. (2010). Pendidikan Matematika Realistik Indonesia; Perkembangan dan Tantangannya. Palembang: Jurnal IndoMS Volume 1 No. 1 Juli 2010.
Sembiring, RK., Hoogland, K., and Dolk, M. (2010). A Decade of PMRI in Indonesia. The Netherlands: APS international.
Zulkardi. (2002). Developing a Learning Envorinment on Realistic Mathematics Education for Indonesian Students Teachers. Thesis. University of Twente. Enschede:Printpartners Ipskamp.

Thursday, December 27, 2012

SH 2012 (part I)


SISI HIDUPKU di 2012 (part I)

2012 kau begitu berharga dalam hidupqu takkan pernah ku melupakanmu,,
diawal kehadiranmu kau berikan ku tanggung jawab bagitu besar dan tak mampu ku lari darinya. ku anggap itu semua sebagai suatu kebanggaan diriku yang telah di beri amanah begitu besar yang berarti aku berguna bagi orang lain dan itu adalah salah satu tujuan hidupku. terima kasih ya allah..!!!!!!!
ku sulam hari-hari ku dengan hati diselimuti mendung yang gelap, tapi ku berfikir apa jadinya semua ini jika ku terus pelihara mendung ini, tapi apakah yang akan ku perbuat dengan mendung ini apakah akan ku tiupkan angin segar seraya kuberikan cahaya terang walaupun dengan begitu pasti akan ada mendung yang tersisa walaupun setitik didalam hatiku yang tak tersinari cahaya itu. ataukah akan ku tambah mendung itu ku tambah terus dan terus agar setelah itu terjadi hujan badai yang besar membanjiri hatiku tapi ku yakin setelah itu pasti kan hilang mendung yang selama ini menaungi hatiku.