qu

qu

Sunday, May 12, 2013

TIRAI

APA DI BALIK INI

Ya ALLAH hatiku terenyuh
Mendengar nasehat seorang hambamu
Ya ALLAH hatiku bertanya
Apa yang sebenarnya terjadi padaku

Kata-kata itu selalu terngiang
Membayangi setiap langkahku
Satu pertanyaan didalam hatiku
Cobaan atau azabmu

Jika ini cobaanmu
Bantulah aku melewati ini semua
Kupercaya di balik ini semua
Kan KAU berikan tempat ternbaik

Jika ini azabmu
Ku mohon ampunilah dosaku
Yang selalu bermaksiat
Yang selalu berdosa kepadamu

Saturday, April 6, 2013

MAKALAH JUAL BELI


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pengetahuan agama perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali mereka dengan kemampuan berfikir logis, analitis,  sistematis , kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama dengan menggunakan etika agama.
 Agar tercipta lingkungan ekonomi  perdagangan islam yang sehat dalam kehidupan masyarakat, untuk itu kami memberikan penjelasan tentang jual beli, agar tercipta suasana hubungan antara sesama insan yang sehat. jual beli islam adalah suatu kegiatan yang bersifat kepentingan umum dan menjadi tolak ukur untuk mensejahterakan kehidupan rakyat terutama dalam bidang perekonomian karena manusia adalah mahluk sosial.
  
B.     Tujuan
Tulisan ini bertujuan untuk menambah wawasan para pembaca, khususnya para mahasiswa, Sekolah Tinggi  Keguruan dan Ilmu Pendidikan Pringsewu Lampung (STKIP MPL).


  BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Jual Beli
Menurut etimologi jual beli adalah pertukaran sesuatu dengan sesuatu ( yang lain). Kata lain dari jual beli adalah al-ba’i, asy-syira, al-mubadah, dan at-tijarah.
Menurut terminologi para ulama mendefinisikannya antara lain :
1)   Menurut ulama Hanafiyah:
Adalah pertukaran harta(benda) dengan harta berdasarkan cara khusus yang diperbolehkan.
2)   Menurut Imam Nawawi dalam Al-Majmu’ 
Jual beli adalah pertukaran harta dengan harta untuk kepemilikan
Jadi jual beli ialah persetujuan saling mengikat antara penjual(pihak yang menyerahkan atau menjual barang) dengan pembeli(sebagai pihak yang membayar barang yang dijual) menggunakan alat tukar(uang) atas dasar suka sama suka dan tidak ada keterpaksaan.
Pada masa rosullalla SAW harga barang itu dibayar dengan mata uang yang terbuat dari emas(dinar) dan mata uang terbuat dari perak(dirham).

B.  Hukum Jual Beli dan Landasan Hukum Lual Beli
1)  Hukum jual beli
Hukum jual beli adalah mubah, wajib, haram, dan sunah
·      Mubah, yaitu kebolehan seseorang melakukan jual beli, mubah merupakan hukum asal jual beli
·      Wajib, yaitu kewajiban seseorang untuk melakukan jual beli, conyohnya adalah seorang hakim hakim untuk menjual harta orang yang hutangnya lebih banyak daripada hartanya
·      Haram, yaitu larangan bagi seseorang untuk melakukan jual beli, contohnya menjual rumah untuk berjudi
·      Sunnah, yaitu anjuran untuk seseorang untuk melakukan jual beli, contohnya adallah menjual kepada orang yang sangat membutuhkan barang tersebut
Ditinjau dari hukum jual beli jumhur ulama membagi jual beli menjadi dua macam yaitu:
·      Jual beli yang dikategorikan syah, yaitu jual beli yang memenuhi ketentuan syara, baik rukun maupun syaratnya.
·      Jual beli yang dikategorikan tidak syah, yaitu jual beli yang tidak memenuhi salah satu syarat dan rukun sehingga jual beli menjadi rusak atau batal.

2)   Landasan hukum jual beli
a.    QS.Albaqarah 275
        Artinya :
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

b.      QS. An-nisa 29
                Artinya :
 Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

c.       H.R. Ahmad
 “Yang artinya “
Dari ‘Abayah bin Rifa’ah bin Rafi’bin Khadij dari kakeknya Rafi’ bin Khadij ra. ia berkata: “Rasulullah SAW pernah ditanya, Wahai Rasulullah usaha mencari rezki yang mana yang paling baik? Beliau menjawab, pekerjaan seseorang dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur”. (H.R. Ahmad).

d.      Albaqarah 198
       Artinya :
Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari Arafah, berzikirlah kepada Allah di Masy`arilharam. Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat.

C.    Rukun dan Syarat Jual Beli
1)      Rukun jaul beli
1.   Penjual dan pembeli
Syarat penjual dan pembeli adalah:
·      Berakal sehat
·      Baligh(dewasa)
·      Atas kehendak sendiri
2.   Benda yang dijual atau dibeli
Pembeli menukar barang itu dengan menggunakan alat penukar seperti uang, dinar emas, dirham perak, barang atau jasa.
Adapun syarat barang dan benda yang dijual ataundibeli adalah sebagai berikut:
·      Benda tersebut dalam keadaan suci,oleh karena itu anjing dan babi tidak boleh diperjual belikan karena najis.
·      Benda tersebut memberi manfaat
·      Benda tersebut dapat diserahkan kepada pembeli, benda yang tidak dapat diserahkan tidak boleh diperjual belikan seperti contoh : ikan dilaut, memborong mangga yang masih berbentuk bunga.
·      Barang tersebut merupakan kepunyaan penjual, orang yang diwakilinya, atau orang yang mengusahakannya.
·      Barng tersebut diketahui oleh penjual dan pembeli  baik zat, bentuk, kadar,maupun sifat-sifatnya.

 3.   Ijab kabul
Ijab adalah perkataan penjual musal “ saya jual barang ini dengan harga sekian”. Kabul adalah perkataan pembeli misal “saya beli barang ini dengan harga sekian”.

2)      Syarat jual beli
Ada beberapa syarat yang harus terpenuhi pada saat jual beli, sehingga jual beli yang dilaksanakan dinyatakan sah. Diantara syarat-syarat jual beli ada yang berkaitan dengan orang yang melakukan akad dan ada yang berkaitan dengan barang yang dijadikan sebagai akad, yaitu harta yang ingin dipindahkan dari salah satu pihak kepada pihak lain, baik dari sisi harga maupun barang yang ditukarkan.
1.   Syarat-syarat orang yang melakukan akad
Bagi orang yang melakukan akad dia harus berakal dan mumayyiz, dan akad yang dilakukan oleh orang gila , orang mabuk, dan anak kecil yang belum mumayyiz dianggap tidak sah.
2.   Syarat-syarat barang yang diakadkan
6 syarat  yang menjadi syarat barang yang diakadkan:
·   Kesucian barang
·   Kemanfaatan barang
·   Kepemilikan orang yang berakad atas barang tersebut
Barang yang ditransaksikan harus dimiliki oleh orang yang sedang melangsungkan akad atau mendapatkan izin dari yang memiliki barang (yang akan diakadkan). Apabila penjualan atau pembelian belum mendapatkan izin maka hal semacam initermasuk akad fudhuli.
·   Kemampuan untuk menyerahkan barang(barang yang diperjual belikan harus bisa diserah terimakan secara syar’i dan secara fisik)
·   Pengetahuan tentang barang
Barang yang dijual dan harga barang tersebut sudah diketahui. Jika keduanya tidak diketahui maka jual belinya tidak sah karena didalamnya terdapat ketidak jelasan.
·   Telah diterimanya barang yang dijual,
D. Larangan-Larangan Dalam Jual Beli
Jual beli dapat dilihat dari beberapa sudut pandang antara lain ditinjau dari segi sah atau tidak sah dan terlarang atau tidak terlarang.
1.   Jual beli yang sah dan tidak terlarang yaitu jual beli yang terpenuhi rukun-rukun dan syarat-syarat jual beli menurut syara
2.   Jual beli yang terlarang dan tidak sah (bathil) yaitu jual beli yang salah satu rukun atau syaratnya tidak dipenuhi atau jual beli itu pada dasarnya dan sifatnya tidak disyariatkan(disesuaikan dengan ajaran islam).
3.   Jual beli yang sah tapi terlarang, jual beli ini hukumnya sah tidak membatalkan akad jual beli , tetapi dilarang islam karena sebab-sebab lain, berkenan dengan jual beli yang dilarang dalam islam
Wahbah Al-juhaili meringkasnya sebagai berikut:

Terlarang Sebab Ahli Aqad
Ulama telah sepakat bahwa jual beli dikategorikan sah apabila dilakukan oleh orang yang baligh, berakal, dan dapat memilih. Mereka yang dipandang tidak sah jual belinya sebagai berikut :
a.       Jual beli yang dilakukan oleh orang gila
b.      Jual beli yang dilakukan oleh anak kecil
c.       Jual beli yang dilakukan oleh orang buta
d.      Jual beli terpaksa ( terlarang dikarenakan tidak adanya unsur keikhlasan)
e.       Jual beli milik orang lain tanpa seizin pemiliknya
f.       Jual beli terhalang artinya karena bangkrut, kebodohan, dan sakit

Terlarang Sebab Shigat
jual beli yang antara ijab dan kabulnya tidak ada kesesuaian maka dipandang tidak sah. Jual beli yang termasuk terlarang sebab shigat sebagai berikut :
a.       Jual beli mu’athah yaitu jual beli yang telah disepakati oleh pihak akad, berkenaan dengan barang maupun harganya tetapi tidak memakai ijab kabul.
b.      Jual beli dengan isyarat atau tulisan apabila isyarat dan tulisan tidak dipahami dan tulisannya tidak dapat dibaca maka akad tidak sah.
c.       Jual beli barang yang tidak ada ditempat akad terlarang karena tidak memenuhi syarat terjadinya akad.

Terlarang Sebab Ma’qud Alaih (barang jualan)
Ma’qud alaih adalah harta yang dijadikan alat pertukaran oleh barang yang akad yang biasa disebut mabi’(barang jualan) dan harga.
Tetapi ada beberapa masalah yang disepakati oleh sebagian ulama tetapi diperselisihkan antara lain:
a.       Jual beli benda yang tidak ada atau dikhawatirkan tidak ada.
b.      Jual beli yang tidak dapat diserahkan
c.       Jual beli yang mengandung unsur menipu
d.      Jual beli barang yang najis dan terkena najis
e.       Jual beli yang barangnya tidak ada ditempat

Terlarang Sebab Syara
diantaranya adalah
a.       Jual beli riba
b.      Jual beli dari barang yang diharamkan contoh jual beli khamar
c.       Jual beli dari hasil pencegatan barang yakni pencegatan pedagang dalam perjalanannya
d.      Jual beli barang yang sedang dibeli oleh orang lain
 

BAB III
KONSEP JUAL BELI
A.    Konsep Batasan-Batasan jual Beli Menurut Islam
Untuk mengetahui konsep jual beli maka kita perlu melihat batasan-batasan dalam melakukan aktivitas jual beli.
Al-Omar dan Abdel-Haq (1996) menjelaskan perlu adanya kejelasan dari obyek yang akan dijualbelikan. Kejelasan tersebut paling tidak harus memenuhi empat hal.
1.   lawfulness.
Artinya, barang tersebut dibolehkan oleh syariah Islam. Barang tersebut harus benar-benar halal dan jauh dari unsur-unsur yang diharamkan oleh Allah. Tidak boleh menjual barang atau jasa yang haram dan merusak.
2.   existence.
Artinya, obyek dari barang tersebut harus benar-benar nyata dan bukan tipuan. Barang tersebut memang benar-benar bermanfaat dengan wujud yang tetap.
3.    delivery.
Artinya harus ada kepastian pengiriman dan distribusi yang tepat. Ketepatan waktu menjadi hal yang penting disini.
4.    precise determination.
Kualitas dan nilai yang dijual itu harus sesuai dan melekat dengan barang yang akan diperjualbelikan. Tidak diperbolehkan menjual barang yang tidak sesuai dengan apa yang diinformasikan pada saat promosi dan iklan.

Dari keempat batasan obyek barang tersebut kemudian kita perlu melihat bagaimanakah  konsep kepemilikan suatu produk dalam Islam.
Al-Omar dan Abdel-Haq (1996) juga menjelaskan bahwa konsep kepemilikan barang itu adalah mutlak milik Allah (QS 24:33 dan 57:7).


Artinya :
Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.

Semua yang ada di darat, laut, udara, dan seluruh alam semesta adalah kepunyaan Allah. Manusia ditugaskan oleh Allah sebagai khalifah untuk mengelola seluruh harta milik Allah tersebut dan kepemilikan barang-barang yang menyangkut hajat hidup harus dikelola secara kolektif dengan penuh kejujuran dan keadilan.
Islam melihat konsep jual beli itu sebagai suatu alat untuk menjadikan manusia itu semakin dewasa dalam berpola pikir dan melakukan berbagai aktivitas, termasuk aktivitas ekonomi. Pasar sebagai tempat aktivitas jual beli harus, dijadikan sebagai tempat pelatihan yang tepat bagi manusia sebagai khalifah di muka bumi. Maka sebenarnya jual beli dalam Islam merupakan wadah untuk memproduksi khalifah-khalifah yang tangguh di muka bumi.

 
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPILAN
Suatu hal yang sering kita lupakan menjadi hal yang dapat merusak nilai amalan yang kita lakukan disaat jual beli, jadi upaya tentang penulisan ini dilakukan untuk memberikan informasi tentang pengertian, rukun, syarat dan hal yang dilakukan dalam jual beli. Agar tercipta lingkungan ekonomi  perdagangan islam yang sehat dalam kehidupan masyarakat, untuk itu kami menyimpulkan bahwa jual beli islam adalah suatu kegiatan yang bersifat kepentingan umum dan menjadi tolak ukur untuk mensejahterakan kehidupan rakyat terutama dalam bidang perekonomian karena manusia adalah mahluk sosial.
B.  SARAN
Penulisan makalah ini menunjukkan hal yang berkaitan dengan apa-apa saja mengenai hukum-hukum, tatacara pelaksanaan yang terkait tentang hubungan jual beli yang baik antara penjual juga pembeli sehingga dapat mendorong munculnya penulisab makalah yang sejenis dalam memberi informasi yang lebih baik tentang hal yang terkait dengan jual beli.
 

DAFTAR PUSTAKA

Rahmat syafe’i MA, Prof., 2004, Fiqih muamalah
Pustaka Setia,bandung.Wahbah Al-juhaili,1989,Al-fiqih Al-islami waadillatuhu
Dar Al-Fikr.Rambe, Nawawiah, Drs, 1994,Fiqih Islam,
Duta Pahala, Jakarta.Syamsuri, Drs, H., 2005,Pendidikan Agama Islam SMA Jilid 2 Untuk Kelas XI,Erlangga, Jakarta.